Madu dalam Al Qur'an dan Hadits
Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah memuliakan madu dengan menjadikannya minuman untuk penduduk surga, “Dan sungai-sungai dari madu yang disaring. Dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka….”
[QS. Muhammad: 15].
Madu dan lebah memiliki keistimewaan yang luar biasa sehingga tercantum dalam surat tersendiri di dalam Al-Quran yaitu surah An Nahl (16) yang berarti lebah. Lebah adalah mahluk Allah yang banyak memberi manfaat dan kenikmatan kepada manusia.
"Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat yang dibikin manusia." [QS. An-Nahl : 68]
"Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kebesaran Tuhan bagi orang yang memikirkan." [QS. An-Nahl : 69]
Dari ayat diatas kita dapat mengetahui bahwa produk lebah yang dapat dijadikan obat tidak terbatas hanya pada madu saja. Produk perlebahan selain madu dapat berupa royal jelly, tepung sari (bee pollen) dan propolis lebah.
Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam telah mengajarkan penggunaan madu dalam pengobatan. Beliau bersabda,” Hendaklah kalian menggunakan dua obat yaitu madu dan Al Qur’an." (lihat Sunan Ibnu Majah, j.II, h.1142, hadist no.3452, bab Madu)
.
Madu dalam telaah ilmu pengetahuan
Madu adalah campuran dari gula dan senyawa lainnya. Sehubungan dengan karbohidrat, madu terutama fruktosa (sekitar 38,5%) dan glukosa (sekitar 31,0%), sehingga mirip dengan sirup gula sintetis diproduksi terbalik, yang sekitar 48% fruktosa, glukosa 47%, dan sukrosa 5%. Karbohidrat madu yang tersisa termasuk maltosa, sukrosa, dan karbohidrat kompleks lainnya. Seperti semua pemanis bergizi yang lain, madu sebagian besar mengandung gula dan hanya mengandung sedikit jumlah vitamin atau mineral. Madu juga mengandung sejumlah kecil dari beberapa senyawa dianggap berfungsi sebagai antioksidan, termasuk chrysin, pinobanksin, vitamin C, katalase, dan pinocembrin. Komposisi spesifik dari sejumlah madu tergantung pada bunga yang tersedia untuk lebah yang menghasilkan madu
Salah satu ilmuwan muslim yang sangat dikenal di bidang kesehatan adalah Ibnu Sina (890-1037 M) atau yang terkenal di dunia barat dengan nama Avicenna. Telah banyak pengetahuan dan penemuan-penemuannya yang memberi pengaruh bagi ilmu kesehatan. Salah satu yang beliau kemukakan adalah tentang manfaat madu.
Selama hidupnya Ibnu Sina banyak mengkonsumsi madu sehingga awet muda dan berumur panjang. Madu, menurut Ibnu Sina, dapat menyembuhkan berbagai penyakit dari yang ringan sampai yang berat, seperti tekanan darah tinggi dan jantung. Madu juga dapat menurunkan suhu badan serta mengatur sekresi, sehingga dapat menghilangkan penyakit demam.
Ibnu Sina juga telah meneliti khasiat madu untuk perawatan kecantikan tubuh. Menurut Ibnu Sina, madu dan minyak zaitun mampu menjadi obat mujarab yang digunakan sebagai kosmetika yang memiliki beragam khasiat.
Madu dan minyak zaitun, papar Ibnu Sina, bisa mengencangkan kulit muka dan seluruh kulit badan. Kedua bahan alami yang mendapat perhatian khusus dalam Alquran itu mampu menghilangkan flek-flek hitam dan jamur kulit. Selain itu, madu dan minyak zaitun juga bisa menghaluskan kulit dan mengurangi reutan pada wajah.
Yang tak kalah menariknya, Ibnu Sina pun telah menemukan fakta bahwa minyak zaitun dan madu mampu menghilangkan bau badan yang tak sedap, serta bisa memberikan vitamin pada kulit dan melembabkannya. Selain untuk kosmetik, madu juga bisa digunakan untuk bearagam kegunaan lainnya. Mulai dari makanan, obat-obatan sampai bahan untuk alat-alat kecantikan.
Menurut Ibnu Sina, madu mempertahankan aktivitas di usia tua dan merupakan obat yang efektif untuk penyembuhan luka dan perawatan gigi. Dia menggunakan madu untuk luka bakar dan infeksi bakteri, karies, kanker, untuk detoksifikasi dan infeksi jamur. Dia menyatakan dalam bukunya Canon of Medicine "Madu itu baik untuk memperpanjang umur, mempertahankan aktivitas di hari tua. Jika Anda ingin mempertahankan masa muda, konsumsi madu. Jika Anda berusia di atas 45, makan madu secara teratur, terutama dicampur dengan bubuk kacang mede. Madu dan tepung bisa digunakan sebagai ganti luka. Untuk penyakit paru-paru, tahap awal tuberkulosis, gunakan kombinasi madu dan lembaran kelopak mawar. Madu bisa digunakan untuk insomnia pada suatu waktu."
Penggunaan madu tradisional termasuk madu dicampur dengan herbal dan lemon untuk sakit tenggorokan - ini melapisi tenggorokan dan mengurangi iritasi. Madu menghambat pertumbuhan bakteri mulut dan Anda harus mengganti gula dengan madu kapan pun Anda bisa. Madu juga digunakan untuk sakit perut dan masalah pencernaan. Madu sangat efektif bila digunakan dalam pengobatan tukak lambung, radang usus, serta kesulitan buang air besar (sembelit). Jadi sangat baik memang untuk mengkonsumsi madu dalam keseharian kita.
Avicenna juga merekomendasikan madu dalam pengobatan tuberkulosis. Madu memiliki aktivitas bakterisida potensial melawan banyak organisme patogen, namun efek antimycobacterial belum pernah dipelajari.
Penggunaan madu harus dikonsultasikan pada ahlinya
Dengan semakin banyaknya penelitian tentang manfaat madu, maka penggunaan madu untuk berbagai kebutuhan makin meluas. Namun tentu saja kita tidak dapat menggunakannya secara serampangan terutama untuk penyembuhan penyakit. Ini dikarenakan kondisi setiap manusia berbeda sehingga efeknya pun berbeda. Maka pada penggunaannya tetap harus dikonsultasikan pada ahlinya
Mari kita simak salah satu riwayat hadits berikut,
“Ada seseorang menghadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata: ‘Saudaraku mengeluhkan sakit pada perutnya (dalam riwayat lainnya: sakit diare).’ Nabi berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Kemudian orang itu datang untuk kedua kalinya, Nabi berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Orang itu datang lagi pada kali yang ketiga, Nabi tetap berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Setelah itu, orang itu datang lagi dan menyatakan: ‘Aku telah melakukannya (namun belum sembuh juga malah bertambah mencret).’
Nabi bersabda: ‘Allah Maha Benar dan perut saudaramu itu dusta. Minumkan lagi madu.’ Orang itu meminumkannya lagi, maka saudaranya pun sembuh.”
Dokter dan ulama besar Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah menjelaskan mengenai hadits ini,
“Memberikan minum madu dengan berulang kali menunjukkan mengenai ilmu kedokteran yaitu obat harus sesuai dosis dan jumlahnya sesuai dengan keadaan penyakitnya.”
Ibnu hajar Al-Asqalani rahimahullahu menjelaskan hadits ini,
“Seluruh tabib telah sepakat bahwa pengobatan suatu penyakit berbeda-beda, sesuai dengan perbedaan umur, kebiasaan, waktu, jenis makanan yang biasa dikonsumsi, kedisiplinan dan daya tahan fisik…karena obat harus sesuai kadar dan jumlahnya dengan penyakit, jika dosisnya berkurang maka tidak bisa menyembuhkan dengan total dan jika dosisnya berlebih dapat menimbulkan bahaya yang lain.”
Jadi Madu adalah penyembuh dan memang benar serta harus kita yakini, akan tetapi tidak sembarangan mengobati ada caranya dan perlu ilmunya. Dalam hal ini perlu pengalaman thabib. Di zaman sekarang ini perlu penelitian ilmiah mengenai hal ini.
Sumber :
http://www.republika.co.id/berita/shortlink/67157
http://www.theartofislamichealing.com/honey-is-a-divine-nourishment/
https://muslimafiyah.com/hadits-mengenai-menyembuhkan-diare-dengan-minum-madu.html
http://www.theartofislamichealing.com/honey-is-a-divine-nourishment/
https://muslimafiyah.com/hadits-mengenai-menyembuhkan-diare-dengan-minum-madu.html