BIMBEL DIAH JAKARTA TIMUR | bimbel terbaik di jakarta timur | tempat bimbel murah di jakarta timur | Berkualitas | Line/Wa 081908041676
Matematika akan melatih sistem kerangka berfikir seseorang menjadi lebih terarah dan cepat. Hal ini dikaitkan dengan menanamkan sebuah pemetaan konsep berfikir yang lebih dominan “merelevansi” cara berfikir mereka dengan sebuah materi ajar matematika itu sendiri.
Konsep yang perlu dikembangkan adalah konsep berfikir kritis, oleh karena itu pada saat belajar matematika diperlukan pertanyaan-pertanyaan kritis yang sifatnya membangun kecepatan dalam memproses suatu masalah. Seperti “Apakah kamu mau mencoba ini?” “Apa yang akan terjadi jika…. ?” “Apakah kamu dapat …..?” Pertanyaan pertanyaan tersebut akan mampu merangsang bagaimana cara berfikir kritis dan membantu meningkatkan pemahaman terhadap ide-ide, konsep, maupun kosa kata dalam matematika. Berikut ini beberapa aktifitas yang dapat dipraktekkan saat belajar matematika :
1. Menggunakan Teknik dramatisasi. Ajaklah murid-murid Anda berpura-pura (berimajinasi) berada di sebuah bola atau kotak (Kubus/Prisma/balok), merasakan sisi-sisinya, rusuk-rusuknya, sudutnya dan mendramakan secara sederhana materi aritmatika seperti: Tiga katak melompat dalam kolam dsb. Pada dasarnya drama akan membuat mereka merasa lebih rileks, merasa lebih memahami tentang apa yang sebenarnya dia pelajari, mudah mengingat karena “melihat”, “mendengarkan” dengan “melakukan” apa yang ada di dalam sebuah drama.
2. Menggunakan anggota tubuh mereka sebagai objek belajar. Anda dapat mengajak mereka menunjukkan berapa banyak kaki, mata, jari, dan anggota tubuh lainnya, kemudian menjumlahkannya berdasarkan bagian-bagian serta fungsinya, mengalikan dengan seluruh anggota kelas, dan sebagainya. Ketika diminta untuk menampilkan “tiga tangan,” mereka akan menanggapinya dengan protes keras, dan kemudian menunjukkan berapa banyak tangan yang mereka memiliki dan mereka akan membuktikannya dengan menunjukkan bukti tersebut. Kemudian mengajak anak-anak untuk menampilkan nomor dengan menggunakan jari mereka, misalnya dimulai dengan pertanyaaan sederhana, “Berapa usia Kamu?” Siswa akan menunjukan usia mereka dengan menggunakan jumlah jari mereka. Selain itu guru menampilkan angka menggunakan jarinya (misalnya, menampilkan angka lima dengan tiga jari tangan kiri dan dua jari tangan kanan).
3. Menggunakan permainan sebagai strategi belajar. Melibatkan anak-anak bermain yang memungkinkan mereka untuk melakukan kegiatan matematika dalam berbagai cara, termasuk pengurutan, menciptakan bentuk simetris dan bangunan, membuat pola, dan sebagainya. Kemudian memperkenalkan permainan jual-beli, diskon, keuntungan, persentase, dsb, atau menunjukkan siswa dengan permainan membeli dan menjual mainan atau benda kecil lainnya, belajar menghitung, aritmatika, dan konsep uang. ( Teknik menggunakan permainan, dan berbagai macam permainan kunjungihttp://apiqquantum.com)
4. Menggunakan mainan sebagai media belajar. Mendorong anak-anak untuk menggunakan “adegan” dan beberapa mainan untuk simulasi kejadian nyata yang pernah mereka alami, seperti tiga mobil di jalan, atau misalnya, untuk menunjukkan ada dua monyet di atas pohon dan dua di atas tanah.
5. Menggunakan cerita atau dongeng sebagai fungsi perangsang. Pada dasarnya siswa SD adalah masih tergolong anak yang suka bercerita dan menceritakan, salah satu teknik yang dapat anda gunakan yaitu dengan menceritakan sebuah dongeng yang didalamnya terdapat konsep hitung matematika. Anda dapat bercerita dengan mengeksprsikan kejadian yang ada dalam dongeng tersebut agar suasana menjadi lebih menarik, diselingi dengan pertanyaan pertanyaan “pancingan” yang sifatnya menumbuhkan konsep berfikir kritis mereka, dan intonasi suara Anda pada saat kondisi kelas kurang terkendali guna mengembalikan konsentrasi mereka terhadap cerita yang ada bacakan. Anda juga dapat memperagakan khususnya pada bagian konsep hitung matematika yang tujuannya untuk memperjelas konsep matematika itu sendiri.
6. Menggunakan kreativitas/potensi alami anak sebagai pondasi belajar. Menggali ide anak tentang matematika harus didiskusikan bersama dengan anak yang bersangkutan. Misalnya Anda menanyakan kepada seorang siswa yang berumur 6 tahun yang menyukai cokelat: “Nak, coba pikirkan angka terbesar yang kamu tahu, lalu tambah angka itu dengan lima. Bayangkan kamu memiliki coklat sejumlah angka itu”. Apa yang akan kamu lakukan ?. Selain berhitung, dia juga dapat belajar bercerita. Atau misalnya lagi, ada siswa kelas 5 yang suka dengan bermain bola. Disaat itu anda sedang mengenalkan konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulan, Anda dapat mengajukan pertanyaan seperti ini misanya : “ Nak, kamu kan suka main bola, seandainya hari ini TIM mu kalah 3 kosong di kandang, agar kamu bisa menang, kamu harus minimal berapa kosong nak? Anak yang suka dan gemar dengan bola, dia akan berfikir dan menjawabnya. Setiap anak memiliki kretifitas yang berbeda.
7. Menggunakan kemampuan pemecahan masalah. Dalam pembelajaran matematika, pemecahan masalah sebenarnya adalah hal yang utama, karena dasar tujuan utama belajar matematika adalah agar mereka cepat tanggap terhadap masalah mereka sendiri maupun masalah social yang ada dilingkungan mereka. Mendorong mereka untuk menggunakan jari-jari mereka sendiri atau apapun yang mungkin berguna untuk memecahkan masalah. Misalnya anda dapat menyuguhkan sebuah cerita sehari-hari yang menarik dalam sebuah soal matematika.
8. Menggunakan Lingkungan sebagai media. Bawalah matematika dimanapun meraka berada, diluar, di dalam kelas maupun ketika meraka sedang berada didalam rumah, jika wajah-wajah meraka telah jenuh terhadap semua pembelajaran diatas, maka bawalah meraka untuk belajar diluar, seperti dibawah pohon atau tempat tempat yang terasa nyaman digunakan untuk belajar, atau sesekali ajaklah guru kelas lain untuk bertukar ruangan barang sehari atau dua hari saja, lakukan ini ketika meraka tampak jenuh saja, anda juga menggunakan apa yang ada lingkungan sekolah sebagai media, dari menghitung jumlah anak-anak di pagi hari, menghitung meja kursi, meminta anak-anak untuk membersihkan barang dengan jumlah tertentu, atau membersihkan barang yang berbentuk geometris tertentu dsb.
9. Menggunakan teknologi. Cobalah Anda sesekali menampilkan sebuah produk teknologi sebagai media pembelajaran, misalnya menggunakan kamera digital untuk memotret hasil kerja anak, permainan dan aktifitas yang mereka lakukan dalah belajar matematika, dan kemudian menggunakan foto untuk diskusi dengan anak-anak, dan komunikasi dengan orang tua. Gunakan juga teknologi lain, seperti komputer dan proyektor.
10. Gunakan assessment untuk mengukur penilaian anak-anak belajar matematika. Assesment sangat penting, anda tidak akan tau bagaimana perkembangan siswa anda dalam pembelajaran yang anda lakukan jika anda tidak membuat asessmen, bentuk assesmen ini dapat anda sesuaikan dengan materi ajar. Misalnya, menggunakan observasi, diskusi dengan anak-anak, dan kelompok-kecil untuk kegiatan belajar anak-anak tentang materi dan berpikir untuk membuat keputusan tentang apa yang mungkin mereka dapat dari pengalaman belajar mereka . Cobalah menggunakan komputer untuk penilaian menggunakan program secara otomatis, seperti EXCEL atau ACCESS.
Mengubah stigma bahwa mata pelajaran Sains dan Matematika sebagai mata pelajaran yang rumit, menakutkan dan membosankan, nampaknya sudah harus dilakukan para guru, orangtua, bahkan siswa yang menjalaninya. Terutama para siswa/i SD yang masih muda, jika masih ada matematika dan sains yang dianggap menyulitkan, maka hindarkanlah.
Hal tersebut diungkapkan Presiden Asian Science and Mathematics Olympiad for Primary School (ASMOPS) Ali Godjali, yang menurutnya kedua mata pelajaran tersebut dapat dibuat menjadi lebih menarik dan menyenangkan bagi anak-anak hanya bila disampaikan dengan metode Gasing.
"Metode pembelajaran GASING yaitu gampang, asik dan menyenangakan, merupakan metode belajar matematika atau sains dengan cara yang lebih sederhana, dengan pendekatan logika dan hampir tanpa rumus, jadi tidak akan membuat siswa pusing atau benci terhadap matematika atau sains," katanya kepada Kompas.com di sela-sela memantau ASMOPS 2012 di Hotel Grand Zuri, BSD City, Tangerang, Rabu (7/11/2012).
Dosen matematika Surya Institute, Tangerang ini menjelaskan, untuk menangani materi matematika bagi siswa SD, yang paling terpenting adalah penguasaan berhitung dulu. Pembelajarannya lebih banyak menggunakan peragaan.
"Untuk siswa kelas 1-3, kita dapat belajar matematika dengan bantuan alat peraga, kita dapat menggunakan tangan dan alat-alat bergerak untuk menghitung. Yang penting aktif bergerak dan berhitung,"ucap lulusan Mathematics, Barkeley University, America ini.
Ali mencotohkan beberapa metode pembelajaran matematika dapat juga dengan bantuan lain seperti musik dan komputer.
"Dengan nyanyian siswa bisa untuk menghafal perkalian misalnya, atau dengan menggunakan software program games di komputer. Dimana pada games tersebut, misalnya games tembak-tembakan, ada permainan berhitungnya, seperti 1+2 sama dengan berapa? Nah yang harus ditembak adalah angka 3 di permainan itu,"ulasnya lagi.
Adapun untuk pendidikan sains, trainer Gasing Surya Institute Yuni Widyatuti menjelaskan, konsep sains konsep yang benar akan lebih menekankan pada logika dibandingkan dengan menggunakan rumus-rumus turunan.
"Biarkan mereka (anak-anak) yang menemukan sendiri, sampai mereka berkata 'Aha' sendiri dengan ekplorasinya sendiri," tutur Yuni di tempat yang sama.
Yuni menuturkan, sebelum memulai pelajaran, ia menyarankan para guru untuk menyenangi dulu materi pelajaran yang akan disampaikan pada siswa.
"Kita harus meyakinkan, sama-sama senang dulu, kalau ada hands on atau experience, maka matangkan dulu. Jadi ketika melakukan percobaan di depan kelas, maka anak-anak tertarik dan yakin apalagi kalau pembukaan pelajarannya asyik," katanya.
Ia menambahkan, selama ini metode pembelajaran dari guru ke siswa belum benar-benar membuat anak-anak senang dengan sains, akhirnya mereka tidak memahami konsep pengetahuan alam.
"Mereka bukan anak bodoh, anak itu cuma tidak dapat kesempatan guru yang kompeten dengan metoda yang efektif," ujarnya.
Yuni mencontohkan, bila ingin membuat daya tarik dalam belajar sains, guru atau orangtua di rumah bisa melakukan seperti salah satu yang dicontohkannya.
"Contoh yang spontan, soal Gangnam Style. Saat memasuki ruang kelas, coba buat suasana di kelas berbau gangnam. Nyalakan musiknya lalu tarikan gayanya. Hait, maka anak-anak bakal ikut gerakan kita. Setelah itu, kita ingatkan bahwa kita sedang belajar rangka. Anak-anak tulang apa saja yang bergerak kalau kita joget Gangnam? Dari sana kita perkenalkan pelajaran rangka," tuturnya.
Ia menegaskan, bahwa sains itu ada di sekeliling kita, jadi pelajaran sains bisa disampaikan secara spontan kepada anak-anak.
Menjaga rasa penasaran anak
Menjaga ketertarikan anak soal matematika atau sains, orangtua di rumah tidak lantas cuek dan membiarkan anaknya belajar sendiroi di rumah, Justru orangtua juga harus memiliki perannya.
Direktur Eksekutif Surya Institute Srisetiowati Seiful mengatakan, tidak cukup siswa belajar apa yang sudah dipelajarinya di sekolah, dari buku dan percobaan, tetapi juga saat anak belajar di rumah oranhtua harus siap mengikutinya.
"Metode Gasing bisa melibatkan anak dan orangtua. Saat anak sedang dalam curiosity-nya, rasa penasarannya, dan banyak bertanya dengaan orangtua mereka, maka jangan menghentikan pertanyaan anak. Upayakan menjawan sebisa mungkin, kakau pun menghindar jangan sekali kali mengatakan shut up, atau sudah jangan banyak tanya, tapi alihkan dengan, oke ibu harus masak dulu atau yang lainnya," ujar Sri saat berbincang dengan kompas.com di sela acara ASMOPS.
"Menjaga ketertarikan anak soal pelajaran, tidak hanya sains dan matematika saja, tapi belajar dalam kehidupan dan belajar karakter, maka saya sarankan kebiasaan membacakan buku anak sebelum tidur dilakukan lagi, apalagi buku yang dalam dua bahasa, maka kemampuan anak akan lebih terasah dan peka terhadap kehidupan sehari-harinya," tambahnya.